mgmpku

Sabtu, 04 Juni 2011

TEKNIN NONTES DALAM PENILAIAN PKn


PKn mempunyai karakteristik yang lebih kental sebagai pendidikan afektif dibandingkan dengan mata pelajaran lain pada umumnya. Oleh karenanya dalam kegiatan evaluasi tentunya aspek afektif ini lebih mendapatkan porsi yang memadai. Sayangnya selama ini kita (mungkin kebanyakan guru PKn) masih terlarut pragmatisme penilaian kognitif. Kalau kita ingin benar-benar membangun generasi Indonesia melalui pendidikan karakter sudah semestinya PKn menjadi pelopornya. Salah satu bentuk penilaian/evaluasi terhadap sikap atau afeksi adalah melaluinon tes. Untuk itu sebagai sekedar perkenalan dengannya mari kita pelajari apakah itu penilaian non tes.

Teknis nontes adalah suatu alat penilaian yang biasanya dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes (Inggris: testee) dengan tidak menggunakan tes. Hal ini berarti bahwa jawaban yang diberikan oleh peserta tes tidak bisa dikategorikan sebagai jawaban benar atau salah sebagaimana interpretasi jawaban tes. Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik melainkan dilakukan dengan cara tertentu.

Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric domain). David Krathwohl (1974), sebagaimana dikutip Anas Sudijono (2005 : 54) mengembangkan taksonomi mengenai ranah afektif ini dengan membaginya kedalam lima jenjang yaitu : (1) receiving (menerima) (2) responding (merespon) (3) valuing (menilai atau memaknai), (4) organization (mengorganisasi) dan (5) characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau nilai yang kompleks).

Kemampuan psikomotor (psychomotoric domain) adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak yaitu kemampuan dalam menggunakan otot-otot seperti berjalan, lari, melompat, berenang, melukis, membongkar dan memasang peralatan dan lain sebagainya. Dalam dunia psikologi, kemampuan psikomotor dibagi kedalam lima tingkatan yaitu gerak refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan trampil dan komunikasi nondiskursip (Sax, 1980: 76).

Gerak reflek adalah gerakan yang muncul tanpa sadar. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada ketrampilan kompleks yang khusus seperti berlari dan berjalan. Kemampuan perseptual merupakan kombinasi kemampuan kognitif dan kemampuan motor, kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil seperti gerakan tari ataupun olahrega ekstrim tertentu. Sedangkan komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa gerakan. Kemampuan terakhir ini berhubungan dengan kemampuan mengucapkan kata-kata berbahasa asing.

Dalam dunia pendidikan teknik nontes yang sering digunakan adalah pengamatan (observasi), dan terkadang, seorang guru juga menggunakan wawancara. Dalam penelitian-penelitian sosial, teknik nontes biasanya juga digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan obyek penelitian. Teknik nontes yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian sosial penelitian adalah kuesioner.

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Menurut Moleong (2005 : 176) pengamatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan berperanserta dan tidak berperanserta. Dalam pengamatan yang tidak berperanserta, seseorang hanya melakukan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperanserta seseorang disamping mengamati juga menjadi 
anggota dari obyek yang diamati.

Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan tertutup. Terbuka jika obyek yang diamati mengetahui bahwa mereka sedang diamati dan sebaliknya. Selain itu pengamatan juga dibagi pada latar alamiah (pengamatan tak terstruktur) dan latar buatan (pengamatan terstruktur). Pengamatan ini biasanya dapat dilakukan pada eksperimen. Dalam pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan itu telah diatur sebelumnya. Isi, maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain, telah ditetapkan sebelum kegiatan pengamatan dilaksanakan. Oleh karena itu, kegiatan pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan seperti yang telah ditetapkan sejak semula. Lain halnya dengan pengamatan tak berstrukur, dalam melakukan pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setiap data yang muncul yang dianggap relevan dengan tujuan pengamatannya langsung dicatat. Dengan demikian, data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Perilaku siswa dalam keadaan seperti itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak dibuat-buat.

Teknik pengamatan jika dilakukan untuk melihat apakah perbuatan siswa sudah benar atau tidak dapat dikategorikan sebagai teknik tes. Misalnya jika dalam praktek olahraga seorang guru akan melihat apakah cara melempar lembing seseorang sudah sesuai dengan teori atau tidak, maka pengamatan jenis ini terkategori sebagai teknik tes. Tetapi jika pengamatan dilakukan terhadap aspek afektif seperti cara seorang siswa bersikap terhadap guru, menjaga kebersihan, perhatian terhadap tugas-tugas sekolah dan sebagainya, maka teknik ini termasuk teknik nontes.

Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian nontes yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab. Maksud diadakan wawancara sebagaimana dikutip Moleong dari Lincoln dan Guba (1985 : 266) antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.

Ada banyak pembagian wawancara yang dilakukan para ahli. salah satu diantaranya adalah membagi wawancara kedalam dua bentuk yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Yang dimaksud wawancara terpimpin adalah suatu kegiatan wawancara yang pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan-kemungkinan jawabannya itu telah dipersiapkan pihak pewawancara, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan pewawancara. Sebaliknya dalam wawancara bebas, responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pewawancara sesuai dengan pendapatnya tanpa terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah dibuat pewawancaranya.

Kuesioner merupakan bentuk lain dari teknik nontes. Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya. Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang jawabannya belum disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan. Satu hal yang menjadi ciri utama kuesioner adalah dalam kuesioner tidak ada jawaban benar atau salah.
Salah satu contoh kuesioner tertutup adalah :

Umur anda saat ini adalah :
a. 15 – 20 tahun
b. 20 – 25 tahun
c. 25 – 30 tahun
d. 35 – 35 tahun

Adapun contoh kuesioner terbuka adalah :
Setiap idul fitri tiba, ribuan orang seperti digerakkan untuk beridulfitri di kampung halamannya. Uraikanlah menurut pendapat anda apa yang menjadi penyebab pulangkampungnya orang yang ada diperantauan ketika Idul Fitri tiba!

Ada beberapa alasan kenapa kuesioner sering dipergunakan orang dalam mengumpulkan informasi tertentu yaitu : (1) butir-butir kuesioner dapat diberikan kepada responden secara serentak sehingga lebih efektif, (2) butir-butir dalam kuesioner lebih menjamin keseragaman baik perumusan kata, isi maupun urutannya serta kuesioner lebih memudahkan dalam memberikan jawaban, (3) kuesioner memudahkan sumber data dalam memberikan jawaban serta kepraktisan serta relative lebih murah dibandingkan metode nontes yang lain.

Sumber: